Hikmah Tahun Baru Islam Berdasarkan Kalender Rembulan
Kalender Islam Berdasarkan Peredaran Rembulan
Dalam peringatan tahun baru hijriyyah, ada baiknya kita memetik hikmah dari makna bulan hijriyyah yang digunakan orang Islam sebagai dasar penanggalan kalender Islam.
Ada hikmah mendalam dibalik penggunaan kalender Islam (hijriyyah) berdasarkan peredaran rembulan. Sebagaimana dikupas oleh Prof.DR. Nurcholish Madjid, di dalam bukunya yang berjudul “Pintu-Pintu Menuju Tuhan”.
Nurcholish Madjid menyampaikan bahwa kesadaran manusia tentang adanya siklus tiga puluhan hari (satu bulan) adalah hasil observasu mereka atas peredaran rembulan yang berubah-ubah dari bentuk sabit sampai ke bundaran penuh (purnama).
Hal tersebut menjadi gejala alam yang menarik dalam perjalanan pengamatan yang cukup panjang sehingga manusia samapi pada perhitungan siklus alami yang biasa disebut dengan “bulan”.
Bulan ini dalam bahasa Arab disebut dengan “syahr”, yang artinya “nampak” atau “penampakan”. Sehingga mengingatkan pada kata-kata Arab “masyhur” yang artinya “yang nampak”, jadi “yang terkenal”. Dengan maksud perhitungan silus tersebut dimulai dari nampaknya bulan sabit atau hilal.
BACA JUGA : Membangun Karakter Anak
Kalender rembulan untuk waktu ibadat
Dalam pandangan Nurcholish Madjid, terdapat sesuatu yang amat penting untuk diperhatikan dari kealamian peredaran rembulan. Di antaranya adalah bahwa kalender rembulan itu tidak cocok dengan peredaran musim hujan dan kemarau, karena musim tersebut beredar mengikuti peredaran matahari.
Siklus tahunan rembulan adalah sebelas hari lebih pendek daripada siklus tahunan matahari. Akibatnya, peredaran musim dalam kalender bulan terjadi hanya selama tiga puluhan tahun. Sebagai contoh dari situasi tersebut, kalender bulan tidak cocok untuk jadwal pertanian.
Namun justru di sinilah letak hikmah kalender rembulan yang dalam Islam dikenal dengan istilah kalender hijriyah.
Menurut Al-Quran, surah Al-Baqarah Ayat 189, rembulan ditakdirkan beredar untuk menentukan waktu manusia beribadat, seperti puasa dan haji.
Lebih jelasnya, perhitungan waktu menurut peredaran bulan dibuat dan dirancang utamanya untuk waktu ibadat formal, bukan untuk kegiatan praktis duniawi seperti pertanian.
Kalender rembulan bukti Allah Maha Adil dan Bijaksana
Di sinilah letak hikmah sifat Allah Maha Bijaksana. Bahwa dengan mengikuti perhitungan rembulan, maka sebuah ibadah seperti puasa dan haji akan beredar di seluruh musim.
Suatu saat akan jatuh pada musim panas, dan disaat lain jatuh pada musim dingin, secara bergiliran. Dan ini terkait dengan desain Islam sebagai agama seluruh umat manusia, tidak membedakan di mana ia hidup.
Sebagai contoh, seandainya ibadat puasa ditetapkan mengikuti perhitungan matahari, maka akan ada ketidakadilan yang cukup mencolok. Yaitu, orang Islam yang hidup di belahan bumi utara akan selalu berpuasa di musim dingin yang sejuk dan pendek. Dan orang di belahan bumi selatan akan selalu berpuasa di musim panas yang panjang dan gerah.
Tetapi dengan menggunakan sistem peredaran rembulan sebagai dasar pijakan, maka semua orang di semua tempat, dalam siklus tiga puluh tahun, akan pernah merasakan berpuasa di suatu musim.
Di sinilah di antara hikmah ditetapkannya kalender hijriyah yang dimulai pada bulan Muharam. Dan penggunaan nama “hijriyah” karena penetapan dimulainya tahun hijriyah ini terhitung sejak Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya melaksanakan hijrah dari Kota Makkah ke Kota Madinah yang menjadi awal kejayaan Islam di peradaban dunia.